Selasa, 29 Desember 2009

Perkembangan Remaja

PERKEMBANGAN SELAMA ANAK-ANAK DAN REMAJA

PENDAHULUAN

Sebagai seorang guru, sangat perlu memahami perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta didik tersebut meliputi: perkembangan fisik, perkembangan sosioemosional, dan bermuara pada perkembangan intelektual. Perkembangan fisik dan sosio sosial mempunyai kontribusi yang kuat terhadap perkembangan intelektual atau perkembangan kognitif siswa.

Pemahaman terhadap perkembangan peserta didik di atas, sangat diperlukan untuk merancang pembelajaran yang konduksif yang akan dilaksanakan. Rancangan pembelajaran yang konduksif akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga mampu meningkatkan proses dan hasil belajar yang diinginkan.

Menghadapi remaja memang bukan pekerjaan yang mudah. Menurut Adams dan Gullota dalam Sarwono (1988), ada lima aturan kalau kita mau membantu remaja dalam menghadapi masalah mereka. Yang pertama adalah “trustworthiness” (kepercayaan), yaitu kita harus saling percaya dengan para remaja yangkita hadapi. Tanpa itu jangan harap ada komunikasi dengan mereka. Yang kedua adalah “genuineness” , yaitu maksud yang murni, tidak pura- pura. Ketiga adalah “empathi” , yaitu kemampuan untuk ikut merasakan perasaan- perasaan remaja. Keempat “honesty” , kejujuran. Dan yang terakhir tetapi terpenting adalah adanya pandangan dari pihak remaja, bahwa kita memang memenuhi keempat aturan tersebut di atas.

Jelaslah enghadapi remaja memang sulit. Walaupun kita sudah berusaha memenuhi keempat tersyaratan di atas, tetapi satu tingkah laku saja tidak dapat diterima di mata mereka, mereka akan memandang bahwa kita tidak sungguh- sungguh dan mereka tidak akan mempercayai kita lagi. Oleh sebab itu dalam makalah ini akan ditinjau perkembangan psikologi remaja, agar kita sebagai guru lebih bisa memahami jiwa remaja. Tinjauan ini akan dilakukan dari beberapa segi, antara lain : Perkembangan kognitif, perkembangan sosio emosional, Perkembangan identitas, status identitas, konsep diri dan penghargaan diri, hubungan sosial (persahabatan), perkembangan emosi dan permasalahan remaja.

Pekembangan Anak pada Masa Pra-sekolah (Early Childhood), Kanak-kanak (Middle Childhood) dan rRmaja (Adolescence)

Seorang pendidik (guru) harus mengerti tentang teori dasar perkembangan kognitif, sosial dan moral sehingga mereka akan memahami bagaimana anak muda tumbuh dari waktu ke waktu. Akan tetapi guru biasanya berurusan hanya dengan anak-anak pada usia tertentu atau pada ranah usia yang sempit. Guru pra-sekolah (early childhood) butuh tahu seperti apa anak pra-sekolah itu. Guru SD memperhatikan/fokus pada masa kanak-kanak (middle childhood). Guru SMP dan SMA fokus pada masa remaja (adolescence). Pada makalah ini disajikan karakteristik fisik, sosial dan kognitif siswa pada tiap fase perkembangan. Pada bab ini juga didiskusikan bagaimana perkembangan dasar (kognitif, sosial dan moral) diterapkan pada anak-anak yang bervariasi usianya dan ditambah dengan informasikan tentang perkembangan fisik, perkembangan bahasa dan konsep diri.

Berikut ini diidentifikasi perkembangan utama /dasar pada masa pra-sekolah (early childhood), masa kanak-kanak (middle childhood) dan masa remaja (adolescence).

1. Masa pra-sekolah (early childhood):

- Perkembangan kognitif

- Akuisisi bahasa

- Perkembangan fisik

- Ketrampilan motorik kasar dan halus

- Perkembangan sosioemosional

- Tingkah laku prososial

2. Masa kanak-kanak (middle childhood):

- Perkembangan kognitif

- Memori dan ketrampilan metakognitif

- Perkembangan fisik

- Perkembangan sosioemosional

- Konsep diri, penghargaaan diri dan hubungan dengan sesama remaja

3. Masa remaja (adolescence):

- Perkembangan kognitif

- Hipotesis dan logika deduktif

- Perkembangan fisik

- Puberitas

- Perkembangan sosioemosional

- Identifikasi kedudukan tanggung jawab sosial dan persahabatan

1. Perkembangan Anak-Anak pada Masa Pra-Sekolah

Anak-anak dapat dikatakan pra-sekolah jika mereka berusia antara 3 sampai 6 tahun. Pada masa ini terjadi perubahan yang sangat cepat pada semua ranah perkembangan. Anak-anak menguasai hampir semua ketrampilan motorik pada akhir periode ini dan dapat menggunakan ketrampilan fisik mereka untuk suatu tujuan yang lebih luas. Secara kognitif, mereka mulai mengembangkan pemahaman akan kelompok dan suatu hubungan dan menyerap banyak sekali informasi tentang dunia sosial dan fisik mereka. Pada usia 6 tahun, anak-anak hampir lengkap dalam penggunakan bahasanya, tidak hanya mengekspresikan apa yang mereka inginkan dan mereka butuhkan saja tetapi mereka juga membagi gagasan/saran dan pengalamannya. Secara sosial, anak-anak belajar menyesuaikan tingkah laku dengan aturan dan menjadi kian bertambah terampil/mahir dalam berinteraksi dengan anak-anak lain.

Meskipun dalam pembahasannya aspek-aspek perkembangan dibahas secara terpisah namun tetap harus diingat bahwa perkembangan anak itu sangat kompleks dan semua aspek pertumbuhan anak saling berkaitan dan dalam kehidupan nyata, aspek-aspek tersebut tidak hanya saling berkaitan saja tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat anak tumbuh.

Perkembangan fisik Usia Pra-sekolah (early childhood)

Perkembangan fisik digambarkan sebagai perubahan secara fisik yang muncul pada anak-anak seiring dengan perkembangan ketrampilan motorik mereka. Selama masa pra-sekolah urutan seluruh perkembangan ketrampilan motorik anak secara umum sama, meskipun beberapa anak lebih cepat dari yang lain.

Meningkatnya pencapaian perkembangan secara fisik pada Pra-sekolah dikendalikan oleh perkembangan otot kecil dan besar. Perkembangan otot kecil, kadang disebut kegiatan motorik halus, berhubungan dengan gerakan yang memerlukan ketepatan dan ketangkasan, seperti menggunakan kancing baju, menggunakan risleting. Perkembangan otot besar, disebut kegiatan motorik kasar, meliputi gerakan seperti berjalan dan berlari. Tabel 1. menunjukkan perkembangan motorik usia pra-sekolah.

Pada akhir masa pra-sekolah, sebagian anak-anak dapat dengan mudah melakukan tugas mereka sendiri seperti menggunakan ikat pinggang, mengancingkan baju, risleting. Mereka dapat naik turun tangga dengan stabil. Mereka dapat melakukan kegiatan motorik halus seperti memotong dengan gunting, menggunakan pensil warna (crayon) untuk mewarna. Mereka juga mulai belajar menulis huruf dan kata. Setelah 6 atau 7 tahun, anak-anak telah memperoleh sebagian besar ketrampilan dasar baru secara lengkap, sejalan dengan itu kualitas dan kompleksitas gerakan mereka meningkat (Schickedanz et al., 1998)

Akuisisi Bahasa

Dari lahir hingga sekitar umur 2 tahun, bayi mengetahui dunia mereka melalui indra mereka. Pengetahuan mereka berdasarkan pada kegiatan fisik, dan pemahaman mereka terbatas kejadian saat itu atau kejadian yang baru saja berlalu. Hanya jika saat anak mengalami transisisi dari tahap sensorimotor ke tahap pra-operasional (sekitar usia 2 tahun) dan mulai berbicara serta menggunakan simbol-simbol mental, mereka dapat menggunakan pikiran atau konsep untuk mengerti dunia mereka. Pada masa pra-operasional, pikiran mereka masih pra-logika, tergantung dengan kegiatan fisik dan bagaimana sesuatu nampak terhadap mereka. Sebagian besar anak-anak tetap pada perkembangan kognitive pada tahap pra-operasional sampai mereka berusia 7 atau 8 tahun.

Normalnya, mulai perkembangan ketrampilan dasar bahasa mereka terjadi sebelum masuk sekolah. Perkembangan bahasa meliputi komunikasi lisan dan tulisan. Pada akhir masa pra-sekolah, anak-anak dapat menggunakan dan mengerti hampir semua kalimat, dapat melakukan percakapan, dan mengerti bahasa tulisan (Anglin, 1993)

Meskipun ada perbedaan kecepatan kemampuan akuisisi bahasa pada setiap individu anak, namun tahapan perkembangan itu secara umum sama pada setiap anak. Sekitar usia 1 tahun, anak dapat mengucapkan satu kata ucapan seperti da-da (bye-bye) dan mama. Menjelang usia 2 tahun mereka mulai dapat menggabungkan dua kata. Selama masa pra-sekolah kosa kata anak meningkat sejalan dengan pengetahuan mereka akan aturan berbahasa, hingga saat mulai sekolah meraka telah mengetahui hampir sebagian besar peraturan tata bahasa dan kosa katanya mencapai ribuan kata.

· Bahasa Lisan

Perkembangan bahasa lisan tidak hanya belajar tentang kata-kata tetapi juga belajar atuaran tata bahasa. Perkembangan bahasa lisan sangat dipengaruhi oleh kwantitas dan kualitas percakapan orang tua terhadap anak. Sebuah studi dari Hart dan Risley (1995) menemukan bahwa orang tua dari kelas menengah lebih banyak bercakap-cakap dengan anak mereka dibanding orang tua dari kelas pekerja atau kelas ekonomi atas, sehingga anak-anak mereka punya perbedaan jumlah perbendaraan kata/kosakata yang cukup besar.

· Menulis

Sebagian besar anak mulai mengerti dasar menulis pada masa pra-sekolah. Pada saat awal masuk SD, anak mulai terbalik-balik dalam menuliskan huruf seperti b, d, p dan q sampai akhirnya mereka mengerti bahwa orientasi huruf adalah karakteristik yang penting (Temple, Nathan, Tempele & Burris, 1993). Kesalahan menulis huruf terbalik-balik seperti itu bukan indikasi adanya masalah dalam membaca dan menulis jika ranah perkembangan yang lain normal. Proses menulis anak mengikuti tahap-tahap perkembangannya.

Pendidikan Bilingual

Diproyeksikan bahwa pada tahun 2020 akan ada 50 juta anak-anak di Amerika yang memiliki bahasa utama selain bahasa Inggris (Garcia, 1991). Dengan meningkatnya isu tentang akuisisi bahasa, maka terjadi perdebatan bagaimana anak-anak akan diajar saat mereka masuk sekolah Amerika, apakah dengan bahasa utama/bahasa ibu mereka (misal spanyol, vietnam, dll), dengan bahasa Inggris atau bilingual (dalam bahasa Inggris dan bahasa utama mereka/bahasa ibu). Banyak pendidik yang menentang pengajaran dengan bahasa ibu dan bilingual karena mereka berpikir bahwa siswa akan belajar bahasa Inggris lebih cepat jika mereka lebih sering mengeksposnya. Yang lain menentang itu karena mereka percaya itu akan menghalangi asimilasi dalam budaya Amerika. Berdasarkan argumentasi ini, kota California memilih menerapkan pendidikan bilingual pada tahun 1998. Penelitian akan pengaruh pendidikan bilingual menemukan bahwa pembelajaran bilingual tidak lebih buruk dari pembelajaran hanya dengan bahasa Inggris, namun juga tidak lebih baik (August & Hakuta, 1997)

Perkembangan sosioemosional

Kehidupan sosial anak kecil berkembang dengan cara yang relatif dapat dipredikasi. Jaringan sosial tumbuh dari hubungan yang erat dengan orang tua atau pengasuh lain termasuk anggota keluarga yang lain, orang dewasa (selain keluarga), dan teman sebaya. Interaksi sosial meluas dari rumah ke tetangga dan dari nursery school atau child-care arrangement ke sekolah formal. Teori dari Erik Erikson tentang perkembangan pribadi dan sosial, menyarankan bahwa selama masa pra-sekolah, anak harus memecahkan krisis kepribadian antara inisiatif dan kesalahan. Keputusan anak yang tepat pada tahap ini menghasilkan rasa inisiatif dan keinginan (ambisi) yang kuat dengan pemahaman yang masuk akal akan alasan mengapa keinginan tersebut diperbolehkan.

· Hubungan dengan sebaya

Selama masa pra-sekolah, anak-anak sebaya mulai bermain, dimana bermain mempunyai peran yang penting dalam meningkatkan perkembangan sosial dan kognitif anak (Garvey, 1990). Hubungan anak dengan teman sebaya berbeda dalam beberapa cara dengan interaksi mereka dengan orang dewasa. Pada saat mereka bermain akan timbul percekcokan atau masalah diantara mereka yang akan membuat mereka mengerti bahwa orang lain mempunyai pikiran, perasaan dan sudut pandang yang berbeda dari mereka. Dengan kata lain, hubungan sebaya membantu anak-anak mengatasi rasa ego mereka yang oleh Piaget dideskripsikan sebagai sebuah karakteriatik dari pemikiran pra-operasional/preoperational thinking (Kutnick, 1988).

· Tingkah laku prososial

Tingkah laku prososial adalah tindakan sukarela terhadap orang lain seperti peduli, berbagi, menghibur, dan bekerja sama. Beberapa faktor nampaknya berkaitan dengan perkembangan tingkah laku prososial (Eisenberg & Mussen, 1989). Faktor tersebut termasuk yang di bawah ini:

ü Teknik disiplin orang tua yang menekankan konsekuensi akan perilaku anak dan diterapkan dalam kehangatan dan hubungan orang tua – anak yang responsif (Hoffman, 1993)

ü Hubungan dengan orang dewasa, menunjukkan bahwa mereka mengharapkan perhatian dari orang lain, membiarkan anak mengerti bahwa penyelesaian masalah yang agresif adalah tidak diijinkan/diterima, dan menawarkan alternatif solusi yang dapat diterima (Konig, 1995)

ü Hubungan dengan orang dewasa yang mengacu pada karakteristik positif pada anak saat mereka melakukan pekerjaan mereka dengan baik (dengan memberi ucapan penguatan misalnya: kamu telah mengerjakan tugasmu dengan sangat baik, kamu memang pandai, dan lain-lain) (Grusec & Goodnow, 1994)

· Bermain

Sebagian besar interaksi dengan sebaya terjadi saat mereka bermain (Hughes, 1995). Sebuah studi klasik tentang anak pra-sekolah, Mildred Parten (1932) mengindikasikan 4 permainan yang secara refleks dapat meningkatkan tingkat interaksi sosial dan kecanggihan (kemahiran).

ü Solitary Play, adalah permainan yang dilakukan sendirian, seringkali dengan mainan/boneka dan tidak tergantung pada anak lain

ü Parallel Play, melibatkan anak pada aktifitas yang sama, berdampingan/bersisian tetapi interaksinya sangat sedikit atau pengaruh timbal balik (saling berbalas)

ü Associative Play seperti Parallel Play, akan tetapi dengan interaksi yang lebih banyak dalam bentuk sharing (berbagi), bercakap-cakap dan secara umum tertarik pada apa yang dilakukan oleh orang lain.

ü Cooperative Play terjadi saat anak bergabung bersama untuk mencapai suatu tujuan, seperti membangun kastil besar (dari pasir) dengan setiap anak membangun sebagian strukturnya.

Bermain sangat penting bagi anak karena dengan bermain mereka melatih bahasa mereka, kognitif dan ketrampilan sosial dan berperan dalam perkembangan kepribadian mereka secara umum (Chistie & Wardle, 1992). Anak-anak menggunakan pikiran mereka saat bermain karena mereka berpikir dan berakting seolah-olah mereka orang lain. Bermain juga berkaiatan dengan kreatifitas, terutama kemampuan harfiah dan lebih fleksibelnya sebuah pemikiran (Garvey, 1990).

Program Pendidikan untuk anak pra-sekolah

· Day care program

Program ini biasanya untuk anak yang kedua orang tuanya bekerja. Seorang dewasa akan menjaga bebarapa anak, mulai dari mengasuh hingga mengelola program pra-sekolah.

· Nursery school

Perbedaan antara Day care program dan Nursery school adalah pada Nursery school mereka punya rencana program yang didesain untuk perkembangan sosial dan kognitif anak.

· Compensatory preschool programs (program kompensasi Pra-sekolah)

Program ini dikenalkan tahun1960-an untuk anak-anak dengan latar belakang kurang beruntung (miskin).

· Early Intervention (intervensi dini)

Kebanyakan program diberikan untuk anak usia 3 atau 4 tahun, namun program ini dilakukan untuk anak usia sekitar 6 bulan.

· Kindergarten Program (TK)

Sebagian besar siswa duduk di bangku TK sebelum mereka masuk di kelas satu. Tujuan awal dari TK adalah mempersiapkan siswa untuk sekolah formal dengan mendorong perkembangan ketrampilan sosial mereka, tetapi akhir-akhir ini fungsinyanmenjadi meningkatkan apa yang sudah mereka terima saat Nursery school dan program pra-sekolah. Penelitian tentang TK menunjukkan bahwa dengan mengikuti full-day atau half-day program TK bermanfaat dalam kemampuan akademik membaca dan meningkatkan pencapain belajar anak di kelas satu dan dua akan tetapi pengaruh ini akan berkurang atau menghilang saat di kelas tiga atau kelas empat (Nurss & Hodges, 1982).

· Pragram Latihan yang sesuai dengan perkembangan anak

Program ini diberikan berdasarkan karakteristik dan kebutuhan pribadi masing-masing anak, bukan berdasrkan umur mereka (Bowman, 1993; Elkind, 1989). The National Association for the Education of Young Children (NAEYC) (1989, p. 4) mendeskripsikan latihan yang sesuai perkembangan anak untuk umur 5 sampai 8 tahun sebagai berikut:

ü Masing-masing anak dipandang sebagai pribadi yang unik dengan corak dan waktu tumbuh berbeda tiap individual

ü Kurikulum dan instruksi yang tanggap terhadap perbedaan individu akan kemampuan dan ketertarikan.

ü Perbedaan tingkat kemampuan, perkembangan dan cara belajar diharapkan, diterima dan digunakan untuk mendesain kurikulum

ü Anak diperbolehkan mentransfer sesuai cara mereka dalam memperoleh ketrampilan penting, termasuk menulis, membaca, mengeja, matematika, ilmu sosial, sain, seni, musik, dan kegiatan jasmani dan kesehatan. Sebagai contoh, tidak semua anak harus belajar bagaimana membaca pada usia 9 tahun.

NAEYC merekomendasikan perluasan proyek latihan, bermain, kelompok kerja, pusat belajar, penitik beratan pada instruksi langsung guru, dan buku kerja Bagaimanapun juga, program ini menitik beratkan pada instruktur pribadi, pusat belajar, dan tugas pribadi dari guru, program ini menjadi tidak efektif.

1. Perkembangan Anak-Anak pada Masa Sekolah Dasar

Masuknya anak pada kelas satu SD adalah pada masa transisi dari pertumbuhan yang cepat pada masa pra-sekolah ke fase perkembangan yang lebih bertahap (perlahan-lahan). Perubahan pada kedua perkembangan mental dan sosial menandai awal-awal tahun sekolah mereka. Beberapa tahun kemudian, saat anak mencapai kelas yang lebih tinggi, mereka mulai mendekati akhir dari masa kanak-kanak dan mulai memasuki masa pra-remaja.

Perkembangan Fisik Masa Kanak-kanak

Perkembangan fisik pada masa SD lebih lambat dibandingkan pada masa pra-sekolah. Anak perempuan lebih “kurus” dan pendek dibandingkan anak laki-laki hingga usia sekitar 9 tahun. Dengan berjalannya waktu, anak akan mengalami pekembangan ketrampilan dasar motorik yang mereka butuhkan untuk keseimbangan, lari, lompat dan melempar. Selama masa akhir kelas empat, beberapa anak perempuan mulai mengalami lonjakan perkembangan yang sangat pesat, terutama pada pertumbuhan kaki dan tangan mereka dan perkembangan ini akan berlangsung hingga masa akhir puberitas. Saat akhir kelas lima, anak perempuan akan terlihat lebih tinggi, lebih berisi dan lebih kuat dibanding anak laki-laki. Anak perempuan mulai mengalami menstruasi pada usia sekitar 13 tahun. Anak laki-laki berakhir masa pra-remaja dan mulai masa remaja ditandai dengan adanya ejakulasi pertama, biasanya terjadi antara usia 13 sampai dengan 16 tahun.

Kemampuan Kognitif

Saat usia antara 5 hingga 7 tahun, proses pemikiran anak mengalami perubahan yang signifikan (Ginsburg & Opper, 1988; Osborn & Osborn, 1983). Pada masa ini adalah masa transisi dari tahap berpikir pra-operasional ke tahap berpikir konkret (nyata). Tidak semua anak mengalami masa transisi pada usia yang sama, tidak ada seorang anakpun yang mengalami perubahan satu fase ke fase selanjutnya secara cepat. Saat mulai masuk pada tahap opersinal konkret, anak usia SD akan berkembang memory dan ketrampilan kognitifnya dengan cepat, termasuk ketrampilan metakognitif, yaitu kemampuan untuk memikirkan apa yang mereka pikirkan dan kemampuan belajar bagaimana cara belajar.

Perkembangan sosioemosional pada usia kanak-kanak

Dengan berjalannya waktu anak masuk SD, mereka akan mengalami perkembangan ketrampilan untuk berpikir kompleks, bertindak dan pengaruh sosial. Selama masa ini, anak akan mulai mencoba untuk membuktikan bahwa mereka telah “dewasa”, hal ini sering disebut sebagai tahap: “I can do it my self”. Tahap ini juga meliputi perkembangan kemandirian, bekerja sama dengan kelompok, bertindak sosial sesuai aturan, dan terlibat dalam bermain peran.

Hoffman menyakini orang tua mempunyai pengaruh yang kuat pada perkembangan perilaku moral anak. Dari hasil study dari Hoffman and Saltzstein (1967) pada anak kelas tujuh dan orang tua mereka, didapatkan bahwa ada tiga pendekatan yang digunakan untuk mendisiplinkan ana-anak mereka, yaitu sebagai berikut:

1. Power Assertion: menggunakan kekuatan fisik atau hukuman, menghalangi hak istimewa anak atau mengancam anak untuk mengambil suatu tindakan. Teknik ini bermanfaat untuk orang tua yang mempunyai kekuatan fisik yang lebih kuat, mampu mengontrol semua sumber daya dan bergantung pada rasa takut anak terhadap efek hukuman tersebut.

2. Love withdrawal: mengekspresikan kemarahan, kekecewaan, ketidaksetujuan dengan tidak menggunakan kekerasan (non-fisik). Teknik ini bermanfaat untuk anak yang mempunyai ikatan emosi dengan orang tua dan bergantung pada rasa takut anak terhadap rasa ditinggalkan dan kehilangan restu orang tua.

3. Induction : fokus pada alasan mengapa perilaku tertentu itu salah dan konsekuensi negatifnya jika dilakukan pada orang lain. Teknik ini menarik kasih sayang anak dan rasa hormat pada orang lain. Merangsang perasaan empati dan rasa bersalah dan mengembangkan ketrampilan logika moral yang dewasa.

· Konsep diri dan penghargaan diri

Ranah penting dalam pekembangan individu dan sosial untuk anak SD adalah konsep diri dan penghargaaan diri. Aspek perkembangan anak ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman mereka di rumah, dengan teman sebaya dan di sekolah. Konsep diri meliputi bagaimana cara kita merasakan kekuatan kita, kelemahan, kemampuan, sikap dan nilai. Penghargaan diri merujuk pada bagaimana kita mengevaluasi ketrampilan dan kemampuan diri kita.

Sejalan kemajuan anak saat melalui masa kanak-kanaknya, cara berpikir mereka menjadi kurang konkret dan lebih abstrak. Kecenderungan ini juga nampak pada perkembangan konsep diri mereka (Selman, 1980). Selama masa ini, anak juga mengevaluasi diri mereka dengan membandingkan diri dengan yang lain. Ruble, Eisenberg & Higgins (1994) memberikan saran bahwa anak-anak menggunakan perbandingan sosial utamanya untuk belajar tentang norma sosial dan jenis-jenis perilaku yang layak/wajar.

· Menumbuhkan Pentingnya Teman sebaya

Pengaruh dari keluarga anak, yang punya peran paling besar pada awal masa kanak-kanak, berlanjut pentinganya peran orang tua menyiapkan model peran dari sikap dan perilaku yang sesuai ketentuan. Pada saat di SD di kelas yang lebih rendah (kelas 1 hingga kelas 4), kelompok teman sebaya biasanya terdidi dari anak dengan jenis kelamin yang sama dan umur yang juga relatif sama. Menjelang kelas 6, siswa telah membentuk kelompok yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Pembentukan kelompok-kelompok tersebut secara tidak langsung membuat anak saling membandingkan kemampuan dan ketrampilan diantara mereka sehingga mereka akan terpacu untuk meningkatkan kemampuannya. Selain itu sesama anggota kelompok akan dapat saling mengajarkan tentang dunia mereka masing-masing dan belajar berbagai sikap dan nilai yang sesuai.

· Persahabatan pada masa kanak-kanak

Persahabatan adalah pusat hubungan sosial antara sebaya selama masa kanak-kanak dan akan terjadi serangkaian perubahan hingga masa dewasa. Persahabatan penting bagi anak dengan banyak alasan (Hartup, 1989, 1988). Selama masa SD, teman adalah orang-orang yang menemani mereka bersenang-senang dan melakukan hal-hal/kegiatan dengan mereka. Sahabat juga merupakan sumber kognitif bagi anak untuk saling meningkatkan kemampuan intelektual mereka.

· Penerimaan dari teman sebaya

Salah satu hal yang harus dipahami dan penting dalam hubungan antara teman sebaya adalah penerimaan dari teman sebaya atau status dalam kelompok (Mc.Callum & Bracken, 1993). Anak populer adalah sebutan bagi mereka yang banyak disukai teman-teman sebayanya, sedangkan anak non-popular (rejected children) adalah sebutan bagi mereka yang tidak disukai oleh teman-teman sebayanya.

Cara membantu anak mengembangkan ketrampilan sosial

ü Penguatan terhadap perilaku sosial yang sesuai. Orang dewasa dapat secara sistematis menguatkan ketrampilan prososial seperti membantu dan berbagi dan dapat mengabaikan perilaku anti sosial seperti perkelahian dan tindakan agresif. Teknik penguatan akan berhasil dilakukan jika seorang guru atau orang dewasa lain menggunakannya pada seluruh kelompok anak.

ü Memberi teladan/modeling : anak yang mengobservasi suatu model/teladan akan belajar ketrampilan interaksi sosial yang positif.

ü Melatih: strategi ini terdiri dari rangkaian langkah-langkah yang termasuk didalamnya adalah mendemonstrasikan ketrampilan sosial positif, menjelaskan mengapa ketrampilan ini penting, memberi kesempatan untuk praktek dan memberikan tindak lanjut dan umpan balik (Mize & Ladd, 1990a,1990b).

2. Perkembangan Anak-Anak pada Masa Sekolah Menengah (SMP dan SMA)

Periode perkembangan masa remaja dimulai dengan pubertas. Periode pubertas, atau remaja awal adalah masa perkembangan cepat dari phisik dan intelektual. Remaja menengah adalah periode penyesuaian diri yang lebih stabil dan penggabungan dari perubahan remaja awal. Remaja akhir ditentukan dengan peralihan kemampuan respon , memilih dan kesempatan untuk dewasa (Wigfield, Eccles, & Pintrich, 1996). Dalam bagian ini kita akan melihat kembali perubahan utama yang terjadi pada anak-anak hingga remaja dan kita akan menguji bagaimana pengaruh pengajaran masa remaja, kurikulum dan struktur sekolah.

Perkembangan Fisik selama Masa remaja.

Pubertas adalah rangkaian perubahan fisiologis yang merubah kematangan organisme dalam kemampuan bereproduksi. Hampir setiap organ dan sistem dari tubuh dipengaruhi dengan perubahan ini. Awal pubertas pada anak adan akhir pubertas berbeda dala pembawaan yang tampak karena adanya perubahan-perubahan dalam status dan proporsi serta perkembangannya dari primer dan sekunder.

Tabel 3. merupakan ringkasan tipe-tipe rangkaian dari perkembangan fisik remaja. Meskipun rangkaian peristiwa-periatiwa masa puber adalah umumnya sama untuk setiap orang, waktu dan kecepatan yang terjadi pada mereka berbeda-beda. Khusus anak perempuan perubahan masa puber dimulai 1,5 – 2 tahun lebih awal daripada rata-rata pria. Dalam setiap jenis kelamin , bagaimanapun rentang permulaan umur adalah kira-kira 6 tahun. Seperti rata-rata permulaan perubahan juga bervariasi. Beberapa orang hanya menerima pada18-24 bulan untuk selesai perubahan masa puber untu kematangan reproduksi. Yang lain mungkin memerlukan 6tahun untuk selesai pada tingkatan yang sama. Perbedaan ini berearti beberapa individu mungkin menjadi matang lengkap sebelum yang lain pada umur yang sama sudah mulai pubertas lengkap. Variasi umur maksimum adalah 13 tahun untuk perempuan dan sekitar 11 tahun untuk laki-laki. Perbandingan-perbandingan pada anak membuat mereka dapat menemukan kedewasaan secara maksimal, namun bisa menjadi sebuah masalah untuk kedewasaan yang terlambat. Pada kasus lain awal kedewasaan juga seperti pengalaman tidak menyenangkan karena mereka terlihat menonjol dibandingkan dengann mereka yang mengalami keterlambatan kedewasaan umumnya.

Perkembangan Kognitif

Selain terjadi perubahan tubuh pada waktu puber , kecerdasan dan fungsi organ juga berubah. Sebagaimana waktu perubahan masa puber yang bervariasi pada setiap individu, begitu juga juga dengan waktu perubahan intelektual. Salah satu indikasi dari hal tersebut pada Shore Test Inteligent diperoleh lebih diperoleh lebih dari beberapa tahun dari fluktuasi individu yang sama. Selama lebih dari periode 12-15 tahun usia. Beberapa sumber penelitian untuk dorongan pertumbuhan intelektual pada usia ini (Andrich & Styles, 1994). Dalam teori Praget, tentang perkembangan kognitif remaja adalah fase transisi dari penggunaan operasi nyata ke penerapan alasan operasi formal. Remaja mulai menjadi tahu saat keterbatasan yang mereka pikirkan, berusaha dengan konsep-konsep yang mereka gali dari pengalaman mereka sendiri .

Mhelder & Praget (1958) menyatakan bahwa perubahan kecerdasan pada masa pubertas mungkin diperlukan untuk kenmajuan kognitif pada remaja, Bagaimanapun mereka menegaskan pada pengalaman dengan masalah-masalah yang kompleks dibutuhkan petunjuk formal dan perubahan dan pertentangan ide-ide dari ide-ide dengan teman sebaya juga penting untuk cara kerja formal alasan untuk berkembang. Anak-anak remaja yang menjangkau tahap ini dapat mencapai tingkat kedewasaan dalam pemikiran.

Ciri-ciri Hipotesis – Pemikiran Deduktif

Hipotesis pemikiran deduktif adalah salah satu cirri yang menandai perkembangan umum cara kerja pemikiran, yang mendesak sekitar usia 12 tahun (Awalle,1996; Flavell et al.1993). Sebelum cara kerja resmi (gagasan/ide) adalah cara kerja nyata secara alami. Perbedaan antara 2 fase berfikir ditunjukan dalam table 3. Praget menemukan ini digunakan secara resmi, cara kerja tergantung pada garis keturunan dengan subyek area yang diberikan. Ketika murid-murid ramah dengan sebuah subyek, mereka lebih tampak seperti menggunakan cara resmi. Ketika mereka tidak ramah dengan sebuah subyek, proses murid-murid lebih lambat, dirawat untuk digunakan secara nyata. Pemikiran itu contoh gurunya dan digunakan peraturan sendiri (sparingly).Penelitian sebelumnya dijelaskan pengamatan Praget yang menggunakan cara kerja berfikir yang resmi (differs according to task). Latar belakang pengetahuan dan perbedaan individu (Cobb, 1995). Tidak semua remaja berkembang cara berpikirnya resmi, tetapi bahwa remaja yang tidak dijangkau pada tahap ini dapat berfikir untuk memecahkan masalah-masalah requiring tahap berfikir ini.

Tabel 3. Perbandingan Nyata dan Secara Umum

PRIBADI YANG TIDAK MAMPU BERHIPOTESISI- BERPIKIR DEDUKTIF

PRIBADI YANG MAMPU BERHIPOTESIS- BERPIKIR DEDUKTIF

Dapat menyusun hipotesis secara terbatas, argumentasi dengan dengan referensi untuk melakukan tindakan, obyektif, mempunyai kapasitas dan ramah atau bisa dan berpengalaman.

Mempunyai ingatan yang menonjol tentang kata, phrase, rumus, dan prosedur- prosedur, tetapi jika akan melaksanakan mereka dengan pemahaman yang sedikit tentang definisi abstrak atau prinsip- prinsipyang mereka garis bawahi.

Mempunyai permasalahan tentang alasan logis tentang ide- ide yang bertentangan dengan fakta atau keyakinan diri atau tabiat yang berubah- ubah.

Memerlukan instruksi langkah demi langkah ketika membuat rencana jangka panjang atau prosedur yang kompleks.

Tidak sadar

Dapat membentuk berbagai hipotesis, mempunyai combinasi logika, pertimbangan dengan riil dan hubungan dan konsep abstrak formal, alasan tentang teori dan kekayaan tak terukur.

Dapat memahami prinsip dan abstrak yang mendasari konsep formal, hubungan dan teori.

Dapat membantah secara logika sekitar gagasan yang bertentangan dengan fakta atau kepercayaan pribadi atau itu adalah sewenang-wenang, memberi alasan atas dasar kesaksian

Dapat merencanakan suatu prosedur kompleks panjang, memberi satu set kondisi-kondisi, gol dan sumber daya.

Sadar dan kritis , dengan memberi alasan, dapat mencerminkan memecahkan masalah proses dan memverifikasi kesimpulan dengan pemeriksaan sumber, penggunaan lain informasi dikenal, atau mencari-cari suatu solusi dari perspektif lain.

Pelaksanaan dalam pelaksanaan pendidikan

Perhatikan petunjuk umum dibawah ini:

ü Ketika mengawali informasi baru, bagian-bagian informasi yang termasuk konsep abstrak dan teori-teori memberi siswa waktu yang cukup untuk untuk menyerap ide-ide dan tidak menggunakan cara berfikir umum yang telah diajarkan. Mulailah dengan contoh- contoh yang lebih kontekstual dan mendorong murid-murid untuk menerapkan hipotesis pemikiran deduktif.

ü Para siswa yang belum mencapai cara berfikir formal mungkin memerlukan lebih banyak dukungan untuk merencanakan tugas yang lebih rumit. Pasangkan siswa yang bias membuat rencana tersebut dengan yang membutuhkan dukungan adalah salah satu cara untuk mengatasi situasi.

ü Dorong para siswa untuk menguraikan prinsip-prinsip dan ide-ide dengan kata-kata mereka sendiri dan untuk meneliti arti disamping ide-ide abstrak dan teori-teori.

ü Membangun aktifitas kerja sama intinya memerlukan perencanaan dan pengorganisasian. Siswa bekerja dalam kelompok yang tersususn atas anak-anak dengan perbedaan tingkatan dari perencanaan dan pengorganisasian keahlian. Untuk anak-anak yang memiliki tingkat kerja konkret, menyediakan sebuah garis besar. Apakah untuk berfikr tentang perencanaan

ü Membangun aktifitas yang mana fakta-fakta berasal dari kesaksian-kesaksian yang berbeda, mungkin menjadi pertentangan sebagaimana iklan televise sebagai contoh menggunakan iklan dengan merk “X” , mengklaim sebagi penjualan domestic mobil terbesar dan memiliki lebih banyak keunggulan daripada yang lain. Merk “Y” mengklaim merk mobilnya memberikan kepuasan teringgi bagi yang memilikinya. Mintalah para siswa untuk mendiskusikan dan mempertimbangkan berdasarkan sumber-sumber yang berbeda.

ü Mintalah para siswa mengkritisi kerja mereka sendiri, Mintalah siswa untuk menegaskan salah satu yang dapat dilihat dalam teori pemikiran atau sumber lain yang mungkin dapat digunakan untuk memverifikasi

Perkembangan Sosio Emosional dalam Masa Remaja

Dalam masa puber, anak-anak mengalami perubahan keadaan social dan emosional mereka secara signifikan dalam hidup mereka. Sebagian dari hasil perubahan fisik mereka dan struktur kognitifnya. Anak-anak diatas Sekolah Dasar (SD) tampak menjadi lebih dewasa. Mereka ingin orang tuanya memperlakukan mereka secara berbeda, meskipun banyak orang tua yang tidak mau melihat mereka secara berbeda. Mereka juga menyampaikan bahwa meskipun mereka percaya bahwa orang tuanya mencintainya, tetapi mereka tidak berfikir orang tuanya mengerti mereka. Untuk anak laki-laki dan perempuan, keduanya diatas SD, jumlah anggota didalam kelompok cenderung untuk memajukan perasaan harga diri.

Perasaan tidak bisa diterima dapat dapat membawa masalah-masalah emosional serius, Ketidakjujuran menjadi sebab utama awal masa puber mengubah hubungan persahabatan dengan orang tua. Itu tidak berarti sebelum masa puber, orang tua bisa ceroboh. Memang teman-temannya lebih penting dari biasanya. Ini dibutuhkan untuk penerimaan dengan teman sebaya, membantu untuk menjelaskan mengapa sebelum masa puber sering berdandan sama (Boomister&Leary, 1995). Cerita Jaks Stevens’s dalam penulisan dan ilustrasi pada bab ini, bagaimana awal puber (remaja awal) mengekspresikan rasa setia kawan dengan teman sebaya dalam anggota kelompok.

Sekolah menengah sering juga membawa perubahan-perubahan dalam hubungan persahabatan anatar siswa dan guru-gurunya. Pada sekolah dasar anak-anak lebih mudah menerima dan tergantung pada guru-gurunya, Pada sekolah menegah hubungan persahabatan ini menjadi lebih kompleks. Kadang-kadang siswa akan berbincang dengan guru menyangkut informasi pribadi mereka yang tidak akan dikatakan pada orang tuanya. Beberapa remaja muda bisa jadi memilih gurunya sebagi figur. Pada saat yang sama walaupun beberapa menyatakan menuruti nasihat guru, mereka tidak akan pernah mempunyai keputusan beberapa tahun.

· Perkembangan Identitas

Tanda yang pertama kali tampak pada remaja adalah kecenderungan untuk berfikir tentang apa yang terjadi pada diri sendiri dan belajar tentang diri sendiri. Para remaja mulai terlihat lebih menutup diri mereka dan menampakan identitas mereka yang khas. Mulai realistis bahwa mereka ada perbedaan anatar apa yang mereka piker dan rasakan dan bagaimana mereka bertindak. Penggunaan perkembangan kemampuan intelektual mereka untuk memutuskan kemungkinan-klemungkinan masa remaja tentang diri mereka sendiri. Mereka mengkritik karakter seseorang, membandingkan diri mereka dengan yang lain, dan mencoba untuk berubah dengan cara mereka.

Masa remaja berfikir mungkin juga orang lain memikirkan tentang dunia yang sama seperti mereka (Davidson, 1994) Mereka menjadi lebih sadar bahwa mereka bagian dari orang lain dengan keunikan mereka. Mereka belajar bahwa orang lain tidak dapat mengetahui semua yang mereka ketahui, pikir dan rasakan. Isu tentang siapa dan apa yang nyata adalah kekuatan pribadi dalam masa remaja. Menurut Ericson, fase ini ditata selama masa remaja ditandai dengan sebuah identitas.

4 Fase Identitas Marcia

Pada dasarnya kerja Erickson, James Marcia (1991) didentifikasi 4 status identitas dari hasil wawancara dengan para remaja. Gambaran keadaan bebas pada remaja membuat komitmen tegas untuk religius nilai praktik sama baiknya dengan sebuah pekerjaan di masa depan.

Hal tersebut mengikuti :

ü Fore Closure (Menutup diri)

Fase ini ditandai dengan identitas semu, yang secara umum merupakan perpaduan dan kekuatan untuk melayani sebagai dasar untuk hidup bersama dimasa depan

ü Penyebaran Identitas

Pengalaman masa remaja, penyebaran identitas ditemukan tanpa memberi arah sebuah komitmen ideology atau yang lain dan mereka membuat kemajuan kecil kearah akhir. Mereka mungkin mempunyai pengalaman dan krisis identitas, tetapi mereka tak sanggup untuk menyelesaikan/ memecahkannya.

ü Moratorium (Penundaan)

Masa remaja dalam keadaan ini mulai mampu untuk meneliti dengan memberi dan memikirkan ideology tetapi belum membuat pengakuan. Komitmen satu diantara sifat individu dapat mengarah ditengah krisis identitas dan sekarang menguji alternative pilihan hidup

ü Identity Achievement

Menandakan sebuah keadaan gabungan identitas dimana remaja mampu menyadari diri mereka sendiri, jelas memutuskan tentang arah dan ideology . Secar pribadi yakin diantara keputusan-keputusan tersebut merupakan pilihan bebas dan mereka merefleksikan kebenarannya secara almi dan dengan komitmen yang kuat.

Remaja akhir (18-22 th) secara individu telah berkembang status identitas prestasi. Betapapun perkembangan emosional remaja tampak berhubungan dengan status identitas mereka. Secara singkat tingkatan-tingkatan keinginan/ kegelisahan cenderung paling tinggi untuk remaja yang terlambat dan paling rendah untuk remaja akhir (Marcia, 1991).

Penghargaan diri juga bervariasi, remaja dalam identitas pribadi dan pubertas yang tertunda pada tingkatan tertinggi dan menutup diri dan laporan penyebaran identitas pada tingkat terendah(Marcia, 1991, Wallace-Brosceous, Serafica & Osipow, 1994).

Pada umumnya, para remaja memerlukan percobaan dan tetap luwes jika mereka berhasil menemukan identitas mereka dengan cara uji coba, ketika menguji dan memodifikasi remaja mendapat ciri-ciri yang lebih dan menjatuhkan yang lain. Untuk mengerjakan ini remaja harus mempunyai kepercayaan diri untuk mencoba dan mencoba berbagai macam perilaku dan membuang sifat – sifat yang tidak baik. Orang tua, guru, teman sebaya akan membantu dengan merespon positif untuk pilihan keputusannya.

Konsep Diri dan Penghargaan Diri

Konsep diri dan penghargaan diri juga mengubah anak masuk dan siap menjadi remaja. Perubahan kea rah yang lebih abstrak terlihat mulai masa kanak-kanak sampai menengah terus menerus dan masa remaja sering menggambarkan diri di dalam ciri/ sifat seseorang (ramah, menjengkelkan), emosi (tekanan, kejiwaan), keyakinan pribadi (liberal, konservatif), (Damon & Hart, 1988), lagipula konsep diri menjadi lebih berbeda. Susan Harters mengidentifikasi ada 8 aspek berbeda tentang konsep diri pada masa remaja,yaitu:

ü Scholastic Competence

ü Job competence

ü Athletic competence

ü Physical appearance

ü Social acceptance

ü Close friendship

ü Romantic appeal

ü Conduct

Harter (1990), Marsh (1993) membagi 5 perbedaan konsep diri, yaitu :

ü Akademik verbal

ü Akademik mathematic

ü Parent relation

ü Some sex

ü Opposite sex

Penghargaan diri juga mengalami pasang surut dan perubahan selama masa remaja, Penghargaan diri paling rendah adalah anak-anak masuk sekolah menengah atau SMP dan pada permulaan pubertas (Simmon & Blyth, 1987). Awal kematangan anak gadis dan siswa masa transisi(perubahan) ke dalam anak baru gede (ABG) atau sebelum kelas 7 cenderung menderita paling dramatis dan penurunan harga dirilebih lama kekal.

Pada umumnya masa puber pada perempuan mempunyai penghargaan diri lebih rendah daripada anak laki-laki (Marsh, 1993; Simmon &Blyth, 1987). Penghargaan diri secra umum dipengaruhi oleh paling kuat penampilan phisik dan penerimaan teman sebaya.

· Hubungan Sosial

Persahabatan. saat anak-anak memasuki masa remaja, perubahan secara alami pada persahabatan juga memberikan tempat, secara umum waktu bersama dengan teman cenderung meningkat secara dramatis; masa remaja memerlukan waktu lebih dengan teman sebaya daripada anggota keluarga atau diri mereka sendiri. Kenyataan bertentangan antara bangsa Jepang dan Rusia, sipa yang melewati 2-3 jam setiap minggu dengan temannya, Anak remaja Amerika melewatkan rata-rata 20 jam setiap minggu di luar sekolah (Larson et al, 1984)

Para remaja yang mempunyai kepuasan dan hubungan persahabatan yang rukun juga dilaporkan tingkat penghargaan diri yang tinggi, sedikit yang kesepian, mempunyai kematangan ketrampilan social, berprestasi lebih di sekolah disbanding dengan remaja yang kurang dukungan persahabatan (Savin-Williams & Bernat, 1990).

Selama masa remaja kapasitas pengertian dan pengetahuan yang lain yang secara individu unik dengan perasaan mereka sendiri juga berperan meningkatkan secara dramatis pada pematangan diri, kerukunan dan kesetiakawanan diantara teman. Pada awal masa remaja berusaha untuk menentukan identitas diri yang mandiri dari orang tuanya, tampak juga adanya peningkatan untuk melindungi teman sebaya dan memberi dukungan social. Mengingat anak usia SD melihat orang tua untuk dukungan , dengan anak kelas 7 seperti dengan teman dengan jenis kelamin sama, dirasa sebagai sumber utama untuk dukunga social (Furman & Buhrmester, 1992)

· Persahabatan Dengan Teman Sebaya

Persahabatn dalam masa remaja mempunyai ciri-ciri dalam hubungan status social dan kelompok teman sebaya. Status social atau tingkatan dukungan dengan teman sebaya dipelajari dengan menghargai status kelompok-kelompok yang sama yang diidentifikasi dalam masa kanak-kanak menegah, anak usia SD, terkenal dan diterima dengan baik oleh remaja. Cenderung untuk menunjukan pemecahan masalah dengan baik dan memamerkan kemampuan akademik, sikap prososial serta kualitas kepemimpinan, Ketika ditolak dan kurang diterima anak-anak cenderung bersikap agresif, anti perilaku sosial dan penampilan yang rendah diri (Porkhurst et al, 1992).

Anak-anak yang ditolak secara social kelihatan menjadi lebih beresiko, lebih lambat perkembangan akademisnya dan punya masalah- masalah sosial (Parker & Asken, 1987).

Hubungan persahabatan antar teman sebaya, hubungannya dengan kelompok, kelompok dengan kelompok dengan persatuan para remaja Brown, 1990). Sebuah kelompok kecil yang terbuka, keompok yang akrab diartikan dengan menarik, aktif dan sikap ramah anggotanya.

Dalam pertentangan, sebuah kelompok adalah grup besar yang didasarkan pada reputasi. Kesetiaan untuk sebuah kelompok adalah keadaan yang biasa selama remaja, tetapi tidak penting dala hubungan yang stabil. Walupun demikian tekanan untuk menyesuaikan diri dapat menjadi sangat kuat tanpa kelompok ini. Hanya remaja-remaja yang mempunyai motivasi yang tinggi untuk memiliki, kelihatan menjadi dipengaruhi dengan normal secara signifikan (Brown, 1990).

Perkembangan Emosi

Sebagian remaja mengalami konflik emosional, ini situasi keras dan mengejutkan, sejak mereka berubah dengan cepat dalam gambaran tubuh, peran yang diharapkan dan persahabatan dengan teman sebaya. Perubahan dari SD ke SMP dank e SMA dapat juga menyebabkan stress secar diam-diam (Harter et al, 1992). Sebagian besar remaja mengalami kesulitan emosional adalah sementara dan berhasi menghadapi, tetapi beberapa yang tidak mampu menghadapi dan ini menyebabkan kenakalan remaja, penyalahgunaan obat atau percobaan bunuh diri (Mateny at el, 1993).

Masalah-masalah emosional berhubungan dengan phisik, kesadaran, dan perkembangan social biasanya pada anak diatas usia SD. Meskipun awal masa remaja umumnya bahagia dan optimis, mereka juga menghadapi ketakutan, seperti takut tidak diterimadi dalam kelompok teman sebaya, tidak mempunyai sahabat, mendapat tekanan dari orang tua, orang tuanya bercerai, atau tidak berprestasi di sekolah.

Emosi-emosi yang lain pada kelompok ini termasuk amarah (dan takut tidak bias mengontrol kemarahan), kesalahan, frustasi dan perasaan iri hati. Remaja awal membutuhkan bantuan nyata dalam perasaan dan ketakutan yang secara alami merupakan bagian dari proses pertumbuhan. Orang tua harus memberikan kesempatan remaja berbicara tentang perasaan dan ketakutan yang dihadapinya, jika mereka tetap terlihat tidak realistis untuk menjadi dewasa. Perasaan bersalah sering muncul ketika terjadi konflik antara penilaian tindakan oleh teman sebaya dan orang tua tidak sama. Biasanya rasa marah yang muncul pada usia ini dan ditampilkan lebih menyolok dibanding perasaan lain. Mereka sering mengatakan pada awal masa remajanya, bahwa mereka tidak akan mudah marah, sayangnya, ini harapan yang tidak realistis untuk orang tua.

Permasalahan Remaja

Masa remaja menjadi masa yang beresiko untuk beberapa orang, sebagai anak tanggung. Pertamakali membuat keputusan sendiri yang mungkin memberi konsekuensi negatif (Dryfoos, 1998; National Research Council, 1995).

· Ketidakstabilan Emosi

Guru di sekolah harus lebih peka untuk menekankan pada remaja bahwa realitas gangguan emosional itu hal yang biasa. Mereka harus mengerti tentang tekanan, keputusasaan, perilaku kemarahan yang berlebihan dapat menggambarkan bahwa remaja membutuhkan bantuan dan mereka harus mencoba meletakan bebrapa siswa dan berbicara dengan guru BP atau psikolog lain untuk melatih menjadi dewasa.

· Dropping Out

D.O dapat menyebabkan para remaja beresiko seperti menyalahkan diri sendiri, kesulitam mencari pekerjaan. Beberapa faktor yang berperan menyebabkan DO seperti kehadiran yang kurang (Garnier at el. 1997) mengharuskan ada pendidikan khusus. Angka DO secara umum berkurang khususnya siswa Afrika –Amerika, angka DO sekarang hampir sama untuk kulit putih. Untuk siswa latin, angka DO sangat tinggi ( Secada et al, 1998). DO pada siswa dapat dikurangi dengan program-program yang memberikan perhatian pada para siswa secara individu , memberikan peran yang tinggi dan membantu kekurangan-kekurangan akademis (Fashola & Slavin, 1998).

· Penyalahgunaan Obat dan Alkohol

Bahan yang terus digunakan dan berkembang luas diantara remaja (US Departement of Healt and Human Service, 1994). 90% siswa SMA minum alcohol dan satu diantara tiga mencoba marijuana (Atwater, 1996)

· Kenakalan Remaja

Satu masalah yang berbahaya pada masa remaja adalah mulai melakukan kenakalan secara serius. Masalahnya lebih dari keadaan biasa diantara pria dan wanita (US. Departement of Justice, 1992) Biasanya kenakalan kecil, yang memberikan alas an untuk percaya bahwa mereka dapat berhasil dengan mengikuti jalan pintas. Kenakalan remaja lebih besar terjadi dalam kelompok, aktifitas kenakalan dilakukan secara bersama-sama dengan kelompoknya (Downs & Rose, 1991; Windle, 1994).

· Resiko Kehamilan

Kehamilan dan kelahiran adalah masalah yang serius pada kelompok remaja putrid, tetapi sebagian diantara mereka berasal dari keluarga pra sejahtera (Coby at el, 1998).

KESIMPULAN

Selama proses perkembangan dari Early childhood, Middle childhood dan Adolescene, anak mengalami perubahan-perubahan baik secara fisik, sosial dan kognitif. Dalam proses tersebut sering timbul permasalahan atau gejolak pada anak yang memerlukan bantuan teman sebaya, orang tua dan guru.

Guru hendaknya sudah mempelajari bagaimana perkembangan fisik, perkembangan sosio emosional, dan perkembangan kognitif anak didiknya. Berdasarkan pemahaman itulah guru merancang pembelajaran. Hal yang harus diperhatikan mencakup materi pelajaran, metode pembelajaran, pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan lingkungan sekolah.

Rancangan pembelajaran tersebut dievaluasi pada setiap tampilan, untuk mengevaluasi hal- hal apa saja yang sudah baik, dan mana yang masih perlu ditingkatkan. Dengan demikian evaluasi ataupun penilaian, tidak hanya terbatas pada hasil pembelajaran,tetapi juga proses pembelajaran. Dengan proses pembelajaran inilah guru dapat menilai sudah cocokkah pelayanan yang diberikan kepada siswa.

Dalam pemebelajaran sebelum pembelajaran dimulai, maka guru mengeksplorasi pengetahuan- pengetahuan apa saja yang sudah dimiliki siswa, yang berkaitan dengan pelajaran yang akan diberikan. Guru melaksanakan pembelajaran dengan beracuan atau dimulai dengan pengetahuan dan hal- hal yang sudah diketahui siswa.

Pada anak perempuan sekitar umur 10,5 – 13,5 tahun atau jika SD kira- kira kelas 6, sudah mencapai puncak lonjakan tinngi badan, dan sudah mengalami menstruasi skitar umur 10,5 – 15,5 tahun. Sementara itu pada anak laki- laki puncak lonjakan tinggi badan tercapai pada usia sekitar 12,5 – 15,5 tahun, serta mereka juga sudah dewasa pada alat reproduksinya pada umur sekitar 12- 16 tahun yaitu dengan ditandainya ejakulasi pertama.

Perkembangan sosioemosional yang pertama, pada anak permulaan masuk SD, mulai mengembangkan ketrampilan berfikir, bertindak dan pengaruh sosial yang lebih kompleks. Seiring bertambahnya kelas dan dengan berlangsungnya pendidikan dan pengajaran di sekolah, anak semakin mengembangkan konsentrasi dalam mengerjakan sesuatu, termasuk mengerjakan tugas sekolah, mengevaluasi diri sendiri dibandingkan dengan orang lain.

Pada akhir SMP anak sudah mencapai perkembangan sosio emosional yang lebih stabil, dan sudah mengembangkan status pencapaian identitas.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan lanjutan Pertama. Materi Pelatihan Terintegrasi: SAINS

Slavin, Robert E. 2000. Educational Psychology Theory and Practice. Sixth Edition. Boston Ally and Bacon.

Sarwono, Sarlito Wirawan, Dr. 1995. Psikologi Remaja. Rajawali Press. Jakarta